Jan 30, 2008

Kan Pengen Nulis, Yuk!

Kenapa menulis
Sudah seharusnya semua orang bisa menulis. Loh, kok bisa. Iya, semua orang pasti bisa menulis karena :
1. hampir semua pekerjaan di dunia ini butuh komunikasi tertulis,
2. menulis itu menguji pengetahuan kita sendiri. Lewat menulis kamu juga mengembangkan pengetahuan kamu.

3. menulis melatih cara kita berpikir. Tulisan yang bagus mencerminkan cara berpikir yang bagus,
profesi menulis itu menjanjikan. Jadi penulis professional bisa memberikan penghasilan yang asyik. Contohnya, J.K Rowling, Raditya Dika, Moammar Emka, Aditya Mulya, Icha Rahmanti, Ninit Yunita, Christian Simamora, dll. Tanyakan pada mereka, berapa penghasilan yang mereka peroleh dari menjadi penulis. Kamu pasti melongo!

Bukan bakat, bukan bacot
Pernah ada yang bilang kalau kamu berbakat menulis? Kalau pernah, pasti ada alasannya kenapa temanmu itu bilang kamu berbakat. Pasti karena kamu pernah nunjukin hasil tulisan kamu kan? Atau karena dia pernah lihat tulisanmu.

Kamu bisa disebut berbakat menulis kalau kamu menulis. Ini ibarat ramalan bintang yang kita bilang jitu kalau udah kejadian. Kamu nggak bisa bilang kamu berbakat menulis kalau kamu cuma ngobral bacot kanan-kiri tentang ide sebuah buku. Itu nggak bisa menjadi indikasi kalau kamu berbakat menulis.

Kenapa saya bilang begini? Karena redaksi GagasMedia kerap kali menerima surat yang isinya :

Dear redaksi Gagas,

Saya adalah orang sangat suka sekali mebaca dan memiliki bakat menulis. Saya punya banyak ide cerita yang bisa Gagas jadikan novel.
Apakah redaksi ada waktu untuk bertemu? Kita bisa bicarakan ide-ide menarik untuk novel saya. O,ya, saya membutuhkan orang yang bisa menuliskan ide-ide itu menjadi novel. Redaksi bisa melakukannya kan?

Terima kasih,
XXX


Kali lain, saya menerima telepon yang cukup menyenangkan. Setidaknya, membuat saya menahan tawa setelah menerima telepon. Begini ceritanya,

Si penelepon : Hallo, Mba Windy?
Windy : Iya. Ada yang bisa dibantu?
Si penelepon : Begini, Mba. Saya ingin banget jadi penulis. Pengen banget punya
novel.
Windy : Wah, bagus banget.
Si penelepon : Nah, saya tuh punya kisah cinta yang kalau dijadikan novel tuh bisa
bagus banget. …..(lalu dia bercerita tentang kisahnya)…Bisa nggak ya
diterbitkan Gagas?
Windy : Kirimin aja dulu naskahnya ke saya. Nanti kita pelajari.
Si penelepon : Loh, bukannya Mba Windy nanti yang akan menuliskan novel saya itu?

Menurut kalian, apa yang harus dilakukan redaksi menghadapi orang berbakat ini?

Saya adaah salah satu orang yang termasuk dalam golongan tidak percaya bakat. Saya nggak pernah percaya ada bakat. Menulis buat saya bukan masalah bakat. Apalagi cuma banyak bacot. Bagaimana mungkin kamu bisa mengatakan berbakat menulis, sementara belum pernah ada satu tulisan pun kamu hasilkan.

Ide yang brilian, tema yang menarik nggak akan membuat kamu dicap berbakat menulis tanpa menuliskannya.

Jadi, menulis itu masalah apa?

Menulis masalah latihan
Suka menulis? Yup, cukup. Alasan itu sudah cukup buat kamu ada di sini dan belajar bareng bagaimana membuat tulisan yang seru dan tentunya bagus. Lupakan bakat. Lupakan kalau kamu punya banyak ide cerita menarik. Ambil kertas dan pena, yuuuk, bareng-bareng kita coba menuliskan ide cerita yang ada di kepalamu!

Kalau saya ditanya apa dasar dari menulis, jawaban saya cuma satu : Latihan. Teori menulis sehebat apa pun nggak akan bisa bikin kamu lebih jago menulis kalo nggak menulis. Yang akan bikin kamu semakin jago menulis cuman satu : Latihan. Menulis itu adalah tindakan!

Bahan dasar menulis :
1. bisa baca dan tulis
2. latihan

Nggak ada langkah standar untuk menulis!
Nggak ada tuh langkah standar atau resep untuk menghasilkan tulisan. Proses menulis bisa dimulai dari mana saja, dan berakhir di mana aja. Kata Yayasn Sopyan, pengajar kelas menulis Gagas, menulis itu pekerjaan non linear, nggak mengenal langkah pertama apa dulu sebelum masuk ke langkah kedua, ketiga, dan seterusnya.

Kadang, kamu bertemu dengan penulis, yang belum mau memulai menulis kalau dia belum tahu ending novelnya. Jadi, hal pertama yang ia lakukan adalah menentukan ending terlebih dahulu. Satu ketika, kamu bisa bertemu penulis, yang baru memulai menulis kalau outline tulisannya sudah jadi. So, nggak ada hal standar untuk menulis. Kamu bisa memulainya dengan cara yang paling membuat kamu nyaman dan asyik untuk menulis.

Faktor penting dalam menulis adalah diri kita sendiri :
1. seberapa kita menguasai hal-hal yang akan kita tulis,
2. seberapa kita percaya diri bahwa yang kita tulis itu penting dan otentik.

Jenis-jenis kegiatan dalam menulis
Memang nggak ada urutan baku dalam menulis. Namun, aktivitas menulis umumnya terbagi dalam tiga jenis kegiatan.
1. perencanaan. Ini adalah kegiatan menggali berbagai kemungkinan untuk menemukan dan mengorganisasikan ide.
2. Drafting. Di sinilah kita menuangkan ide. Ada 3 jenis draft yang biasa dikenal di kalangan penulis :
a. exploratory draft : memastikan bahwa kita tahu apa yang ingin ditulis; lebih mencerminkan tulisan yang dilihat dari sudut pandang si penulis,
b. working draft : menganalisis, membaca ulang apa yang kita tulisa; tulisan kita harus dilihat dari sisi pembaca. Proses ini bisa berulang-ulang.
c. final draft : memastikan kelengkapan bukti dan argumentasi (non fiksi) detail kejadian (fiksi), menilik kata yang dipilih dan struktur kalimat, dsb.
3. Perbaikan (revisi). Kegiatan ini berlangsung sejak dan hanya mulai setelah sebuah draft selesai dikerjakan.

Pengendali proses menulis
Karena proses menulis itu nggak mengenal urutan atau langkah, seorang penulis butuh alat untuk mengendalikan kegiatannya. Tanpa alat pengendali itu, tulisan yang dihasilkan bisa nggak karuan.

Menurut Frank O’Hare dan Dean Memering, ada lima komponen yang mengendalikan dan membuat proses menulis menjadi lebih beraturan :
1. Tujuan (Purpose). Tentukanlah tujuan tulisn kita: untuk menghibur? Kasih inspirasi? Memberikan sudut pandang baru tentang sebuah topik? Memandu?
2. Pembaca (Audience). Tentukanlah pembaca kita. Nggak ada buku untuk semua orang. Sebuah buku pasti cocok untuk sekelompok orang tertentu saja.
3. Kode (Code). Tentukan cara kita menyampaikan ide kita. Di sinilah penulis akan menentukan gaya bahasa, strategi komunikasi, maupun pilihan kata yang akan dipakainya.
4. Pengalaman (Experience). Tentukan pengalaman jenis apa yang akan kita bagi kepada pembaca. Tanpa pengalaman nggak ada yang bisa dibaca oleh pembaca.
5. Diri penulis (Self). Tulisan yang bagus juga harus memunculkan diri penulis. Nah, diri macam apa yang akan kita munculkan di depan pembaca. Apakah kita akan hadir sebagai orang cerdas yang ngocol? Apakah kita akan hadir sebagai badur? Apakah kita kan hadir Sebagai orang yang cool and smart?

Kelima komponen tersebut bisa kamu jadikan pegangan untuk mengendalikan proses menulis.

Tentukan topik tulisan
Orang yang merasa punya banyak topik untuk ditulis dan orang yang mengaku sama sekali nggak punya topik untuk ditulis sebenarnya menghadapi masalah yang sama: topik apa yang sebaiknya ditulis?

Kita sering banget kebingungan menentukan topik. Nggak masalah. Itu wajar banget. Tapi, sebaiknya kamu harus bisa segera merumuskan. Karena kalau kamu biarkan, kamu nggak bakal bisa memulai menulis.

Ada beberapa patokan yang bisa digunakan untuk membantumu menentukan topik apa yang akan ditulis :
1. kompetensi. Tulislah hal-hal yang kita kuasai saja,
2. pertimbangkan pembaca. Jangan egois. Kita menulis agar tulisan kita dibaca oleh orang lain. Jadi, pertimbangkanlah untuk memilih topik yang cocok sama kebutuhan dan pengalaman pembaca.
3. fokus dan spesifik. Biasakanlah untuk memilih topik yang spesifik. Topik yang isinya berisi gagasan besar saja nggak akan menarik. Gagasan-gagasan besar cenderung mengarah kepada menyatakan (telling), bukan memperlihatkan (showing). Fokus dan spesifiklah! Sebagai alat Bantu untuk menguji, gunakan pertanyaan, “So what?”
4. Pinjam alat bantu jurnalis. Para jurnalis punya kriteria untuk menentukan apakah sebuah kejadian layak diberitakan. Nah, criteria itu bisa kita pinjam juga untuk menilai sebuah topik. Beberapa kriteria layak berita itu adalah :
1. yang terjadi sekarang,
2. yang berdampak,
3. yang terkenal,
4. yang dekat,
5. konflik,
6. yang aneh,
7. yang aktual.

Melawan kekosongan
Menulis itu adalah proses melawan kekosongan. Jadi, ketika kamu berkilah nggak punya ide atau mampet, saya curiga, itu cuman alasan kamu aja untuk menutupi kenyataan bahwa kamu nggak cukup mampu dan terampil dalam menulis.

Idea can hit you in everywhere. All what you have to do is just picking your paper and pen! Let’s start to write since now on.

Sumber bacaan : materi pelatihan menulis GagasMedia, Creative Writing karya A.S Laksana, The Complete Guide to Editing Your Fiction karya Michael Seidman, Berani Berekspresi karya Susan Shaughnessy

By: Windy

3 comments:

  1. Salutttt... artikel ini bener-bener membantu gw. Memberikan pencerahan. Thanks!

    ReplyDelete
  2. semoga tidak hanya memberi pencerahan, tapi juga membuat kamu bisa menulis dan terus menulis. selamat belajar menulis bersama, mario!

    ReplyDelete
  3. heummmmm kata-kata yang bagus untuk para penulis pemula atau untuk orang yang arda tidak percaya diri untuk menulis dan mulai mempublished..thx mba

    ReplyDelete