Mar 28, 2008

1st Chapter: Dalamnya Secangkir Teh

Dalam ruang besar bernuansa emas, beriring Gending mendayu…

Karpet merah panjang digelar menjadi jalan setapak menuju pelaminan bernuansa emas. Pilar-pilar tinggi digelayuti kain-kain cokelat keemasan. Meja-meja hidangan berbalut kain putih dengan peralatan saji perak berkilau-kilau. Stand-stand kecil di tepian ruang merebakkan aroma berbeda di setiap tempat. Bunga-bunga putih bersemu kekuningan disapa lampu-lampu yang tertanam di langit-langit gedung, sementara daun-daun hijau yang terangkai bersamanya melengkung-lengkung anggun. Kilat-kilat lampu blitz turut meramaikan suasana, merangkum bahagia di pelaminan dan sebagaian lainnya menangkap hilir mudik para tamu dengan berbagai gaya, senda gurau formil, dan piring-piring makanan di tangan masing-masing.

Ini adalah kegiatan favoritku beberapa tahun terakhir. Berawal dari sebuah undangan pernikahan dari beberapa kerabat, kemudian teman, lalu tetangga, lalu tidak ragu lagi menemani teman untuk datang ke pesta seperti ini, hingga terbiasa memakai sepatu berhak tinggi karena seringnya pergi ke pesta pernikahan. Aku sangat menikmati jamuan pesta pernikahan. Menatapi dekorasi-dekorasi gedung, mengagumi pakaian-pakaian pengantin, menyapa orang-orang yang sebenarnya hanya sedikit kukenal dan mencicipi makanan-makanan aneka jenis.

Satu-satunya yang mengganggu dari pesta-pesta ini hanya, sebuah pertanyaan, : “Kapan nyusul?”


Untuk selengkapnya klik "Bab Pertama Kamu" pada menu di samping.

0 comments:

Post a Comment