Feb 27, 2009

Cerpen Bulan Desember: Stupidity (Date)

Aku kenal laki-laki itu. Namanya Luthfi. Ia orang yang sangat ramah. Ia punya senyum yang termanis yang pernah aku lihat. Semua orang suka dengan senyumnya. Cara dia menanggapi ceritamu, cara dia menatap matamu, memperlakukanmu, cara dia memberi joke, kamu pasti suka. Lalu, apa yang akan kamu lakukan? jika kamu mengetahui rahasia-rahasianya.

Aku kenal gadis itu. Namanya Wulan. Seseorang yang sangat pendiam. Ia akan memilih mengalah jika ia didahului. Ia memiliki masalah dengan keseimbangan. Beberapa kali aku lihat dia memasuki kelas dengan terjatuh di dekat pintu. Rumahnya juga sangat jauh dan ia berjalan kaki untuk berangkat ke kelas. Semua di dirinya membuatku kagum padanya. Ia adalah tempatku mencurahkan semua isi hati. Ia yang memegang semua rahasiaku.


Aku merasa tersiksa dengan semua rahasia ini. Ia dalam kondisi yang lemah bagiku. Aku tahu semua kelemahannya. Aku tahu apa yang dia sukai. Roti selai kacang, sepakbola, futsal, komik, aku tahu semuanya. Ia sendiri yang menceritakan padaku. Ia percaya padaku dan aku tersiksa dengan semua itu.

Wulan, gadis yang sangat baik. Ia selalu bersedia mendengar ceritaku. Tentang ayah, ibu di surga dan bagaimana pertandingan sepakbola tadi malam. Ia menyimak tiap kata dengan baik. Seakan-akan aku sebuah buku yang menarik. Aku suka didengarkan. Belum pernah ada yang mendengarkanku seperti yang Wulan lakukan.

Hingga suatu hari, dia mengajakku untuk bermain di sebuah taman rekreasi. Taman rekreasi yang begitu besar. Ada rollercoaster yang menakutkan, komidi putar yang sangat lucu dan bianglala yang selalu aku kagumi itu. Aku membayangkan jika aku di sana dengan seorang yang aku cintai. Aku terlarut dalam imajinasi. Bersama Luthfi di ketinggian itu, sambil menatap langit sore. Pasti dia juga suka.

---

Aku berencana akan mengajaknya bermain di taman rekreasi favoritku. Aku akan menghabiskan waktu dengannya di sana. Di sana ada roller coaster yang seru, kapal bora-bora dan bianglala itu. Bianglala tempat aku pernah ke sana bersama dengan ayah dan ibu. Aku suka selalu suka dengan ketinggian. Karena di tempat tinggi aku merasa dekat dengan ibu, di surga sana.

Hari ini pun tiba. Aku sudah tahu harus memakai baju yang mana. Luthfi menyukai gadis yang berpakaian sederhana tapi sopan dan rapi. Itu artinya aku akan memakai kaos yang tidak terlalu ketat dengan gambar tokoh kucing kesukaannya. Lalu dengan luaran ungu dan tas coklat yang simpel yang aku beli khusus untuk hari ini. Aku akan melepas ikatan kuncir rambutku, karena Luthfi suka wanita yang tampak dewasa. Sedikit sentuhan akhir kemudian aku siap mengirimnya pesan singkat.

Ia baru saja mengirim sms. Aku bersiap-siap untuk kerumahnya. Rumahnya bisa ditempuh dengan jalan kaki walau akan melelahkan karena cukup jauh dari rumahku. Aku sudah merencanakan wahana mana yang akan kami coba untuk hari ini. Aku kira dia pasti suka.

Hari itu sungguh sangat indah. Ia memuji penampilanku. Ia menyukai semuanya. Hal itu tentu saja berhasil karena aku mengikuti semuanya, semua hal yang dia sukai. Semua berjalan sesuai dengan rencanaku. Dia pasti akan menyukaiku dan akan selalu menyukaiku.

Hari ini begitu cerah. Hari yang tepat untuk bermain sepuasnya dengan Wulan, temanku. Kami mencoba hampir semuanya. Kami mengerjai badut yang sedang bekerja, berfoto bersama anak-anak dan burung merpati yang dibiarkan tinggal dengan bebas di taman. Hingga akhirnya hari menjelang sore. Kemudian handphoneku berdering perlahan.

Tinggal satu wahana yang belum kami naiki. Bianglala. Aku masih menunggunya di sini. Dia meminta izin untuk menelepon sebentar. Ia bilang, ada telepon dari rumahnya. Sudah cukup lama, hampir satu jam. Aku akan tetap menunggu Luthfi datang. Walau mungkin sekarang sudah terlambat untuk saat-saat romantis itu. Matahari telah tenggelam sepenuhnya. Handphoneku berdering.

Aku baru saja meneleponnya. Aku tidak bisa kembali ke sana. Pacarku baru saja menelepon. Dia membutuhkan aku. Aku harap dia bisa menerimanya. Dia pasti bisa mengerti karena aku sering menceritakan kepadanya tentang pacarku.

Aku ditinggalkan di sini. Aku memandang seisi kota dengan pandangan kabur. Tidak ada yang bisa aku lakukan. Cuma bisa menangis dalam kabin ini. Di posisi paling tinggi. Aku hanya ingin dia mencintaiku. Hanya ingin itu. Bodoh.
---


Cerpen by Inal

2 comments:

  1. huwwwaaa..

    keyen...

    ^^

    ReplyDelete
  2. wa, lucu nih (asik cerpennya)
    gaya penulisannya juga berbeda. tanpa tag percakapan tapi kita bisa tahu banyak tentang tokoh wulan dan sifatnya.

    ReplyDelete