Mar 23, 2009

Jangan Takut! GagasMedia Tidak Seperti di Film KambingJantan

Dear all,


Belakang ini saya sadar, saya semakin sedikit memiliki waktu untuk melakukan ritual berbicara dengan diri sendiri (baca : menulis).

Padahal, dalam beberapa bulan belakangan ini, ada banyak hal yang saya lalui dan sebenarnya menarik untuk dijadikan bahan tulisan. Namun, atas dasar sibuk, menjelmalah saya menjadi makhluk autis yang bahkan enggan berbagi dengan diri sendiri.

Sungguh, saya sudah mengebiri ide-ide yang datang di kepala saya. Bersikap tidak adil kepada gagasan yang memiliki hak untuk lahir.

Hari ini, saya ingin minta maaf.


Minta maaf kepada halaman kosong yang belum terisi. Minta maaf kepada cerita-cerita yang terlewatkan begitu saja di otak tanpa sempat dibagi.

Jadi, apakah kalian masih ada di sini dan mendengarkan cerita dari saya?

Kalau tidak, kalian boleh melewatinya. Tapi saya tetap akan menulis dan meneruskan cerita saya. Bukan buat siapa-siapa, tapi lebih untuk diri saya sendiri agar tidak menjadi egois.

Dan inilah cerita pertama saya. Buah tangan dari Malang, sebagai pengganti kripik apel yang sudah dihabiskan oleh kru GagasMedia. ;)

Here is the story….



Pekan lalu, tepatnya 15 Maret 2009, atas undangan dari teman-teman Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya-Malang (Ajeng, Nita, terima kasih ya sudah berbaik hati membuat saya bisa pulang ke Malang! ), saya didaulat menjadi pembicara di sebuah talkshow. Tema talkshow-nya cukup provokatif : Ilmiah Vs Popular.

OMG!
GAWD!—lagi suka ngikutin gaya bahasanya Rashi di novel Reputation karya Tessa Intanya

Serius. Saya tidak pernah membayangkan diundang oleh kampus tempat saya pernah kuliah untuk jadi pembicara dengan tema yang ‘seserius’ itu. Bersama saya, ada Raditya Dika yang mewakili kubu popular, dan satu lagi seorang dosen sekaligus ilmuwan, Pak Sabbarudin, mewakili kubu ilmiah. Saya tanya tugas saya apa? Jawab panitianya kalem: wasit. (Oh, suddenly, I thought that I need priwitan on that moment.)

Well, oke. Saya tidak akan menceritakan jalannya talkshow. So far, semua berjalan menyenangkan. Pesertannya banyak, sekitar 300 orang dan mereka juga aktif bertanya tentang penulisan popular dan ilmiah.

Yang justru ingin saya ceritakan adalah kejadian sebelum saya naik ke panggung. Saya duduk di kursi peserta. Mendengarkan dengan ‘serius’ pemaparan Pak Sabbaruddin dan Radith. Sementara otak saya sedang mencerna obrolan dua pembicara tersebut, Nita—salah seorang panitia mendatangi saya. Dia bilang ada dua orang yang pengen ketemu dengan saya. ‘Katanya cuma mau kenalan dan minta kartu nama, Mbak,’ jelas Nita.

Saya mengerenyitkan kening. Hah? Buat apa? Ah, oke sajalah. Sedikit ngerasa bangga sah kan? Tiba-tiba ada yang mau ngajak kita kenalan? Hehehehe. Saya pun manggut-manggut dan mengikuti langkah Nita menuju meja registrasi. Di sana berdiri dua orang, cowok dan cewek berpakaian sangat rapi. Tebakan saya, mereka baru pulang dari gereja.

Yang cewek menyapa saya ramah. ‘Mbak Windy ya?’ tanyanya sambil mengulurkan tangan. Saya balas mengulurkan tangan dan tersenyum. ‘Kami berdua pengen kenalan aja sama Mbak Windy dan minta kartu nama,’ lanjutnya.

Saya tersenyum. ‘Oh boleh!’. Saya pun mengulurkan kartu nama saya. Mereka berdua memperkenalkan diri sambil memberikan kartu nama mereka. Mereka bilang, mereka tertarik jadi penulis dan ingin mengirimkan naskahnya ke GagasMedia. Tentu saja saya senang bukan kepalang. Yang paling membahagiakan kerja di penerbit adalah ketika penulis ingin menerbitkan karyanya di penerbit kita. Kepercayaan adalah compliment yang tiada tara buat kami.

‘Kalau saya ke kantor Gagas, saya akan bertemu dengan siapa, Mba?’ tanya yang cewek.
‘Bilang saja ke receptionist kalau kalian mau bertemu dengan redaksi Gagas,’ terang saya.
‘Aduh! Nanti saya diperlakukan sama seperti Radith yang ada di film KambingJantan,’ jawab si cewek berbaju putih itu. Cowok yang ada di sebelahnya mengangguk membenarkan.

Sesaat saya terdiam.

‘Maksud kami kenalan dengan Mbak Windy supaya kami tidak diperlakukan sama kayak di film tersebut. Kan di film diberitahu kalau kirim naskah ke Gagas harus punya kenalan orang dalam baru diperlakuan baik. Kalau nggak kenal, dijudesin,’ terang kedua orang itu.

Kali ini saya manggut-manggut sambil tersenyum. I got their point. ‘Oh, nggak begitu. Apa yang ada di film itu nggak benar kok. Proses Radith diterima naskahnya di Gagas tidak seperti itu,’ saya menerangkan.

Kedua orang itu saling lihat-lihatan. ‘Jadi?’ Mereka meminta penjelasan lebih lanjut. ‘Kejadian naskah Radith diterima sengaja dibuat berbeda dengan kenyataannya atas dasar kepentingan film,’ terang saya.

‘Berarti kami tidak akan diperlakukan seperti itu?’ tanya yang cowok. Saya menggeleng tegas. ‘Kalau kalian ingin menyerahkan sendiri naskah ke kantor Gagas, cukup datang saja. Editor Gagas yang sedang ada di kantor akan turun dan menemui kalian kok. Tidak ada orang yang sejudes itu di kantor Gagas,’ jawab saya.

‘Wah kalau sudah begini saya kan jadi lega, Mbak!’ Si cewek menimpali. ‘Saya sempat takut mau ke Gagas. Makanya, waktu tahu Mbak Windy akan ke Malang, saya mau kenalan dulu.’

Saya mencoba tertawa.
Aduh! Sedih rasanya ada yang salah tangkap begini. Saya jadi teringat tiga e-mail yang masuk ke saya, yang juga mencoba mengonfirmasi soal tata cara pengiriman naskah ke GagasMedia, apakah memang seperti yang ada di film KambingJantan? Bahkan, seorang pembaca sekaligus penonton dengan baik hati mengirimkan link sebuah blog yang me-review film, yang kebetulan membahas adegan Radith mengirim naskah ke ‘GagasMedia’.

Saya memang belum membalas e-mail mereka. Nah, sejak ada kejadian yang di Malang, saya pikir, daripada harus menjelaskan satu-satu, mendingan saya menulis di blog ini saja.

Terima kasih untuk Putri, Akhsan, dan Iwan yang sudah berkirim e-mail ke saya. Untuk Reshindy Adi Kiyoto(Hey! U have a kewl name) dan temannya, terima kasih juga sudah mau mampir ke talkshow di Malang hanya untuk berkenalan dengan saya. I do appreciate it.

Jangan takut untuk berkirim naskah ke GagasMedia, apalagi main ke kantor kami. Kami tidak akan memperlakukan kalian berbeda kok. Semua penulis buat kami adalah teman dan sahabat. GagasMedia bukan apa-apa tanpa kalian.

Kami, tumbuh besar dan belajar bersama kalian semua. Jadi, kenapa pula kami harus membedakan siapa pun yang ingin berteman dan belajar bersama kami?

Terima kasih telah menjadi teman!

Salam,
Windy

27 comments:

  1. mbak windy,, thx yah udah mau dateng ke brawijaya kemaren,,, salut deh buat mba,, sukses terus yah,,, :)

    ReplyDelete
  2. Hho. Jadi tinggal kirim saja Mbak?

    Oya, kalau di gagasmedia, apa naskah yang diterima hanya naskah bergenre populer saja? Seperti blook, chicklit, novel, etc. Yang saya tangkap kesannya begitu sih :)

    ReplyDelete
  3. jadi lega nui, (sok mau ngirim naskah)
    hahahhahaa

    ReplyDelete
  4. @fikri yang baik, kalau kamu mengikuti terbitan kita beberapa tahun terakhir, bukan cuma blog, chicklit dan teenlit saja lho yang kita publish! Kalau kamu punya minat menulis buku-buku bertema traveling, psikopop, pendidikan, digital lifestyle, atau mungkin malah buku pelajaran... gagasmedia akan mempelajarinya dengan senang hati.

    ReplyDelete
  5. @kenyo: ayo sini... mari bermain bersama :))

    ReplyDelete
  6. aku udah antar naskah ke gagas, moga aja bisa lolos...^^

    ReplyDelete
  7. wah wah, tenang mbak, nanti aku bikin testimoni soal proses penerbitan naskahku nanti, tetep semangat mbak! :)

    ReplyDelete
  8. gimana mbak caranya supaya blog bisa diterbitkan?

    apa harus kirim naskah isi blognya?

    jawab donk plaese...

    ReplyDelete
  9. mba windy, mampir2 dong ke www.dimasrafky.blogspot.com
    mari mengayuh sampan dan berwisata hati di telaga rasa.

    ReplyDelete
  10. @all: thanks juga ya! tetep nulis demi masa depan Indonesia!

    ReplyDelete
  11. khuhuhu,liat wajah2 redakturny sepertinya mah baik2 tuh..huehehehehe
    mb win,salam kenal..main yah kalo sempet ke http://arumdyah.multiply.com
    ^^

    ReplyDelete
  12. mba mba sekalian yang baek.. saya dini, 13 thn di bandung. saya punya bnyak cerpen gitu mbak, kata ayah saya jadiin aja buku kumpulan cerpen gitu. Tapi belum yakin gimana gitu,, takut dijudesin kayak bang dika.. ehehehehe..

    ReplyDelete
  13. Wah kisah KJ saya blon nonton, tapi jd bikin cemas nih. Saya kirim hardcopy ke Gagas Nov 08. Mba Windy tolong supportnya dong. And please visit my blog (resume buku saya): www.diary.blogspot.com (Diary Book Series / Heart2Heart). Ditunggu kabar baiknya :) Trims.

    ReplyDelete
  14. koreksi: www.weadiary.blogspot.com

    ReplyDelete
  15. Salam kenal Mbak. :-)
    saya pingin nulis kok susah banget ya.?

    ReplyDelete
  16. slm kenal, mbak. saya lagi belajar nulis. en udah ada satu naskah novel (judulnya Obama feat SBY in True Friend)yang saya kirimkan ke GagasMedia dua bulan lalu(akhir mei 09). moga-moga naskah itu udah diterima redaksi GagasMedia dan berkenaan meloloskan naskah saya untuk diterbitin. viva GagasMedia

    ReplyDelete
  17. koreksinya mbak : http://ilhamrabka.blogspot.com

    ReplyDelete
  18. aku udah ngirim naskah ke gagas dan sampe tanggal 20 juni, kapan ya aku bisa tahu nasib naskahku???? mohon konfirmasinya ya...mba...mas....

    ReplyDelete
  19. aku baru di blogger.. berharap bisa pinter nulis...hohohohoho

    ReplyDelete
  20. Terus, kalau lokasi si penulis di Medan, gimana? Kan jauh dari kantor gagas

    ReplyDelete
  21. GagasMedia sama Bukune itu kerja sama, ya?
    Rencana kirim naskah antara dua penerbit ini.

    ReplyDelete
  22. Gagas salah satu target untuk naskahku nanti :) Semoga tembus dan berhasil.

    ReplyDelete