Dari Hati
PADA mulanya adalah sekadar mengagumi dalam hati.
Saya mengagumi Ndoro Kakung. Mengagumi cara dia menulis, tepatnya. Sederhana, tapi mengena. Bahkan, ada selera humor bertakaran pas terselip di sana. Dia mengombinasikan antara kepiawaian menulis, keluwesan berkosakata, kejernihan berbahasa, dan kekayaan pengetahuan atas apa yang digemarinya menjadi sebuah bacaan yang tak berat tapi berbobot.
Ndoro Kakung sendiri mungkin tak pernah tahu kalau saya adalah salah satu pembaca setia blog www.ndorokakung.com jauh sebelum saya menghubungi dia siang itu. Blog yang juga ngetop disebut ‘Pecas Ndahe’ itu saya temukan tanpa sengaja pada suatu malam menjelang pagi di awal tahun 2007.
Namun, saya baru menemui pemiliknya pada bulan Februari 2009. Di sebuah kedai kopi di Plasa Senayan yang kerap disebut Kantor Kedua GagasMedia, kami berbagi meja menjelang makan siang. Sungguh itu siang yang menggembirakan. Apalagi buat saya yang sebelumnya menderita panic attack karena akan bertemu si seleb blog ini. Mendengar jawaban, ‘Ya’ dari Ndoro Kakung membuat saya bisa tersenyum sepanjang hari itu.
Siapa yang tak girang kalau pinangannya diterima bukan?
***
Saya memang ‘meminang’ Ndoro Kakung untuk GagasMedia. Modalnya pun cuma nekat, segelas jus jambu, dan sedikit ba-bi-bu tentang konsep buku yang kami ingin buat bersamanya. Ide dasarnya sederhana. Kami hanya ingin memperluas obrolan tentang aktivitas nge-blog yang belakangan semakin lagi hip di kalangan perambah dunia maya agar tak hanya berkutat dipersoalan bikin blog atau cari duit lewat blog.
Naik daunnya aktivitas nge-blog ini memang sedikit-banyak memberikan pengaruh di kalangan penggiat dunia perbukuan. Belakangan, kalau berkunjung ke toko buku, sangat banyak buku seputar blog yang terbit. Mulai dari cara membuat blog, mempercantik blog, bahkan cara mencari uang lewat blog. Semua dibahas tuntas sampai ke akar-akarnya. Yang membedakan buku satu dengan buku lainnya hanya judul, penulis, dan tentu saja cover.
Jauh sebelum orang ramai membicarakan blog—sebagai sebuah benda, membukukan tulisan di blog sempat menjadi salah satu fenomena tersendiri di kalangan penerbit. GagasMedia sendiri pun tak sedikit menerima kiriman tulisan dari blog yang ingin dijadikan buku. Ini dipicu oleh terbitnya tulisan di blog milik Raditya Dika, Kambing Jantan, dalam bentuk buku, yang sukses di pasaran.
Tapi, bukan itu alasan GagasMedia meminang Ndoro Kakung. Di tengah keriaan dan gempita blog dan nge-blog itu, ada sesuatu yang menurut kami terlupakan: semangat berbagi dengan hati. Itu yang saya temukan di tulisan-tulisan Ndoro Kakung tentang blog. Bahwa blog itu hanya alat untuk berbagi.
Hari gini masih pakai hati? Bolehlah dibilang ini terkesan melankolis di tengah sifat kapitalis yang kian marak. Tapi, saya rasa, inilah sebenarnya semangat yang justru akan membuat kita menghasilkan sesuatu yang berbeda dengan lain. Di antara ribuan buku yang terbit, atau blog yang dibuat setiap harinya, justru hati yang memiliki passion lah yang memberikan kekhasan pada karya kita.
Saya kerap bertemu dengan banyak blogger yang ingin menerbitkan buku. Atau bertemu dengan penulis lain yang ingin mengupas sejuta teknik tentang nge-blog. Ujungnya, semua bermuara kepada kepentingan ekonomis atau keinginan untuk tenar.
Tentu saja itu tidak keliru. Semuanya dibuat berdasarkan kepentingan masing-masing. Jadi, tentu saja tidak keliru juga kalau GagasMedia balik bertanya, ‘Blog kalian tentang apa?’
Sayangnya, hanya sedikit yang mampu menjawab pertanyaan tersebut.
Naik daunnya aktivitas nge-blog ini memang sedikit-banyak memberikan pengaruh di kalangan penggiat dunia perbukuan. Belakangan, kalau berkunjung ke toko buku, sangat banyak buku seputar blog yang terbit. Mulai dari cara membuat blog, mempercantik blog, bahkan cara mencari uang lewat blog. Semua dibahas tuntas sampai ke akar-akarnya. Yang membedakan buku satu dengan buku lainnya hanya judul, penulis, dan tentu saja cover.
Jauh sebelum orang ramai membicarakan blog—sebagai sebuah benda, membukukan tulisan di blog sempat menjadi salah satu fenomena tersendiri di kalangan penerbit. GagasMedia sendiri pun tak sedikit menerima kiriman tulisan dari blog yang ingin dijadikan buku. Ini dipicu oleh terbitnya tulisan di blog milik Raditya Dika, Kambing Jantan, dalam bentuk buku, yang sukses di pasaran.
Tapi, bukan itu alasan GagasMedia meminang Ndoro Kakung. Di tengah keriaan dan gempita blog dan nge-blog itu, ada sesuatu yang menurut kami terlupakan: semangat berbagi dengan hati. Itu yang saya temukan di tulisan-tulisan Ndoro Kakung tentang blog. Bahwa blog itu hanya alat untuk berbagi.
Hari gini masih pakai hati? Bolehlah dibilang ini terkesan melankolis di tengah sifat kapitalis yang kian marak. Tapi, saya rasa, inilah sebenarnya semangat yang justru akan membuat kita menghasilkan sesuatu yang berbeda dengan lain. Di antara ribuan buku yang terbit, atau blog yang dibuat setiap harinya, justru hati yang memiliki passion lah yang memberikan kekhasan pada karya kita.
Saya kerap bertemu dengan banyak blogger yang ingin menerbitkan buku. Atau bertemu dengan penulis lain yang ingin mengupas sejuta teknik tentang nge-blog. Ujungnya, semua bermuara kepada kepentingan ekonomis atau keinginan untuk tenar.
Tentu saja itu tidak keliru. Semuanya dibuat berdasarkan kepentingan masing-masing. Jadi, tentu saja tidak keliru juga kalau GagasMedia balik bertanya, ‘Blog kalian tentang apa?’
Sayangnya, hanya sedikit yang mampu menjawab pertanyaan tersebut.
***
Kalau mau ditarik mundur lagi ke belakang. Semua ketenaran atau keuntungan yang diperoleh oleh blogger sukses itu sebenarnya buah dari kerja keras mereka di awal. It’s what I call as ‘process’. The advantage comes after that. Tidak ada sesuatu yang bisa didapatkan dengan cara instan. Raditya Dika tidak pernah dengan sengaja membuat blog agar bisa dibukukan. Namun, karena blog-nya pulalah Raditya Dika kemudian dikenal sebagai penulis, belakangan malah artis.
Nge-blog dengan Hati mengingatkan kita kembali pada semangat itu. Blogisme, begitu Ndoro Kakung menyebutnya. Sebuah isme yang coba disebarkan kepada penggiat dunia blog. Tapi tentunya ini bukan sesuatu yang coba dikultuskan. Terbuka bagi siapa saja untuk berbeda.
Hati dimiliki semua manusia. Namun di luar sana, tak semua orang menerima ini sebagai mata uang yang mengayakan.
Nge-blog dengan Hati mengingatkan kita kembali pada semangat itu. Blogisme, begitu Ndoro Kakung menyebutnya. Sebuah isme yang coba disebarkan kepada penggiat dunia blog. Tapi tentunya ini bukan sesuatu yang coba dikultuskan. Terbuka bagi siapa saja untuk berbeda.
Hati dimiliki semua manusia. Namun di luar sana, tak semua orang menerima ini sebagai mata uang yang mengayakan.
***
Kalau mengelola blog itu diumpakan Ndoro Kakung seperti lari maraton—mungkin lebih jauh lagi—sehingga ketika mulai, kita tak perlu bergegas. Katanya, perjalanan ini begitu panjang. Kita harus mengatur kecepatan dan napas, juga irama. Tak perlu buru-buru berhenti.
Lalu, mengapa pula kita harus buru-buru berhenti mengelola hati kita sendiri?
Salam,
windy@gagasmedia.net
Lalu, mengapa pula kita harus buru-buru berhenti mengelola hati kita sendiri?
Salam,
windy@gagasmedia.net
jadi intinya buku ini tentang apa?
ReplyDeletetentang blog. tentang semangat dari aktivitas nge-blog. tentang keinginan untuk terus berbagi dan belajar lewat blog.
ReplyDeletedalam beberapa hari lagi bukunya akan ada di toko buku. kalau ingin tahu lebih dalam apa yang dibahas, monggo, bermain ke toko buk, lalu membli bukunya. ;)
terima kasih.
Blog bisa jadi komersial atau tempat berbagi dan menerima. Sedangkan menulis dengan hati tentu orang yang istimewa.
ReplyDeletewoogh..bukunya ndoro dah terbit?
ReplyDelete*mintak gratisan sama ndoro ah..* :P
hatinya buat ngetik di keyboard ya ? hebad
ReplyDeletepokoknya, ndoro ke jogja harus nraktir jelata! titik!:D
ReplyDeleteoooo... ndorokakung itu ternyata seleb to?? hihihi
ReplyDelete@andy, di dunia blogging ada istilah seleb blog buat para blogger yang punya banyak follower atau yang ranking blog-nya tinggi. he is one of them.
ReplyDeletesilakan dibaca bukunya. semoga semangat berbagi dengan hatinya menular ke kita semua.
salam,
Salah satu penggemar ndoro kakung nich :)
ReplyDeletebener lah beliau nge blog dengan hati
Bukunya ditunggu dech :)