May 20, 2009

GLAM GIRLS. YOU WILL LOVE US—WE PROMISE

Akhir tahun lalu, GagasMedia menghadirkan serial bergenre Clique*Lit untuk pasar remaja. Dan sekarang, Reputation sedang mendampingi novel pertamanya, Glam Girls, di rak-rak di toko buku. Serial yang memotret kehidupan anak-anak Voltaire International School ini sepintas boleh dianggap ringan dan sangat remaja, tapi ternyata proses behind the scene-nya lumayan ribet juga. Simak penuturan Nina Ardianti (penulis Glam Girls) dan Tessa Intanya (penulis Reputation) tentang serial gorgeous ini.


Book of The Month: R E P U T A T I O N
Kalau di buku pertama, Glam Girls, kita melihat dunia Voltaire International School (VIS) dari sudut pandang Adrianna, di Reputation kita akan melihat gambaran sekolah internasional itu melalui kacamata Prada milik Rashi.

Tokoh Rashi diciptakan berdasarkan karakter alpha female yang ada di lingkungan remaja. Karakter ini biasanya menjadi leaderqueen bee—di antara teman-temannya. Karakter seperti ini punya kecenderungan menjadi pemimpin di clique-nya. Orangnya blak-blakan dan kadang brutally honest sehingga tak jarang dibenci orang-orang yang nggak mengerti.

Di Reputation, Rashida Agashi Pradakso digambarkan memiliki wewenang tertinggi dalam menentukan aturan clique-nya. Karakter ini juga bukan orang yang mau kalah. Sikap kompetitif inilah yang akhirnya membuatnya tampak menonjol dan jauh dari sifat menye-menye yang banyak diperlihatkan cewek seusianya.


“Rashi itu… miss popular but with an edge!”
Bagi Tessa, karakter Rashi sengaja dibangun dengan sebuah twist agar tampak lebih manusiawi dan real. Rashi adalah seorang gadis remaja populer yang terlihat memiliki segalanya, cenderung sempurna, happy, puas dengan dirinya sendiri, terkadang terkesan bodoh dan ignorance. Meski begitu, sebenarnya Rashi memiliki sisi rapuh, sedikit kelam, dan tidak seperti kelihatannya.

Proses penokohan ini sempat membuat Tessa sedikit kewalahan karena dia tidak ingin Rashi menjadi tipe miss popular yang stereotypical. “Butuh waktu cukup lama untuk bisa menemukan gambaran yang pas untuk Rashi.” Kata Tessa.


Friends and Foes
Seperti yang sudah dijelaskan sejak buku pertama, clique populer di Voltaire ini terdiri dari tiga orang: Rashi, Maybella dan Adrianna. Tokoh utama di buku pertama Glam Girls bernama lengkap Adrianna Fernandhita Fauzi, diperkenalkan sebagai sosok yang awalnya bahkan tak peduli soal popularitas dan tren fashion. Cewek yang menganggap dirinya nerdy dan nggak terlalu suka gaul dengan orang yang bukan ‘jenisnya’ tentu saja kaget ketika May dan Rashi menariknya sebagai bagian dari clique mereka.

Berbeda dengan Maybella, baginya fashion justru adalah segalanya. Background cewek blasteran ini juga nggak jauh-jauh dari dunia modeling. Di buku pertama, diceritakan bahwa cewek bernam
a asli Shinna Maessa Wijaya ini tercatat pernah menjadi ikon sebuah produk kosmetik di Amerika. Di antara ketiganya, May cewek yang paling maniak belanja. Pengetahuannya di bidang fashion pun melebihi kedua temannya. Dan prinsip hidupnya I’m proud to be rich, so I flaunt it in every possible way sering membuat orang geleng-geleng kepala.

Dan, apa asyiknya sih novel remaja tanpa tokoh antagonis? Sebagai clique populer, dibenci dan disirikin sudah jadi risiko. The haters, begitu Rashi menyebutnya, selalu datang silih berganti. Selalu sabar menunggu sampai Rashi dan clique-nya jatuh.



“Nggak terlalu sulit untuk menggambarkan Adrianna”
Berbeda dengan Tessa, Nina Ardianti penulis buku Glam Girls tidak menemui kendala saat harus membuat penokohan bagi Adrianna. Bagi Nina, lebih sulit untuk menahan karakternya sendiri muncul pada tokoh Adrianna. “Kebiasaan saya untuk berbicara dan menulis panjang lebar, kayaknya nggak cocok buat Adrianna,” ujar Nina saat ditanya apa perbedaan antara dirinya dengan Adrianna.

Yang menjadi patokan utama dalam membuat penokohan Adrianna adalah karakter bet
a female. Karakter ini kebalikan dari tokoh Rashi. Beta female memiliki karakter yang lebih kalem ketimbang alpha female. Untuk itu, Nina segera membuat beberapa strong point untuk tokoh Adrianna. Tokoh berambut pendek ini pun akhirnya digambarakan sebagai cewek yang pintar, tough, rasional, dan cenderung mandiri.

Setelah mendapatkan gambaran di atas, barulah Nina memperluas dengan segala macam bentuk detail, seperti latar belakang
keluarga, lingkungan, potongan rambut, merek favorit, sampai tipe cowok.


G L A M G I R L S T H E S E R I E S

Yang menarik dari pembuatan serial ini adalah waktu berkumpul penulisnya. Christian Simamora, selaku editor, memutuskan untuk sering-sering melakukan hang out bareng penulis-penulisnya. Hang out seperti ini dimaksudkan agar masing-masing penulis tetap bisa menjaga mood tulisannya dan mereka bisa menghayati cara berpikir maupun gaya hidup tokoh-tokoh yang sedang mereka kerjakan.

Tak hanya perkara lifestyle, selama proses ini, penulis juga diperkenalkan dengan kehidupan di sekolah internasional. Berbekal hasil wawancara dengan seorang guru dari sekolah internasional, penulis dan editor bahu-membahu menciptakan sekolah fiktif Voltaire International School seolah-olah ada dan sebergengsi premis awalnya.

Dan memang itulah alasan utama kenapa Clique*Litt lahir: ini adalah genre novel remaja yang menyoal tentang peer pressure. Terlepas dari gaya hidup Rashi dan kawan-kawan, masalah mereka bukankah sama saja dengan yang kita alami di sekolah? Sirik-sirikan antarteman, bergosip (entah itu for fun atau untuk menjatuhkan orang tertentu), belum lagi status popular vs underdog yang selalu saja jadi masalah. Remaja, ngaku atau nggak, peduli sekali dengan hal-hal seperti ini.


“Nothing is original (these days).”
Kalimat itu diambil oleh Tessa dari quote milik filmmaker favoritnya, Jim Jarmusch. Tessa sengaja memilih ini untuk menanggapi komentar-komentar yang menyamakan Glam Girls dengan serial Gossip Girl.

“Jujur saja, saya sendiri bahkan belum pernah membaca ataupun menonton seri Gossip Girl, walaupun saya tahu premis ceritanya,” ujar Tessa. Baginya, di zaman sekarang, jarang sekali bisa menemukan sesuatu yang benar-benar orisinil. Bukankah semua hal yang ada di dunia ini berasal dari sebuah ide yang terus-menerus didaur ulang?


Where are thou, Maybella?
Buku ketiga serial Glam Girls akan bercerita dari sudut pandang Maybella. Seperti apa sepak terjang bule penggila fashion ini, simak saja di novel Unbelievable, terbitan GagasMedia.

9 comments:

  1. Gaston says:
    Dear gagas!

    kok dunia cewek melulu yang dibahas dalam novel. kok dunia cowok jaarang banget ditulis dalam novel-novel gagas. tapi gua bakal memberi apresiasi buat gagas karena berhasil menlurkan novel genre baru seperti Clique*Litt. gue pengin gagas nelurin Ladlit.

    ReplyDelete
  2. dear gaston,
    btw, kamu bukan gaston pacarnya Jupe kan? ;p
    kalo ngomong ladlit sebenarnya di awal-awal gagas berdiri kami sudah mengeluarkan. take a look at jomblo dan gege mengejar cinta-nya adhitya mulya. atau tulisan-tulisan raditya dika. atau punya endang rukmana dalam sakit 1/2 jiwa, telepahe cinta. atau bahkan punya ichanx yang berjudul titik temu tiga hati dan yang terbaru bankir sesa(a)t. di luar itu masih banyak lagi punya penulis-penulis cowok kami terbitkan.

    saat ini kami memang tengah menggarap novel ladlit lainnya yang konsepnya sedang kami godok abis-abisan agar nggak hanya berkutat di komedi. tapi benar-benar bisa masuk ke dunia cowok. tunggu saja ya! sebenarnya udah kelar edit. tinggal tunggu waktu yang tepat buat mengeluarkan.

    terima kasih untuk meninggalkan pesan.

    salam,

    ReplyDelete
  3. glam girls and the series buatin layar lebarnya dongg...seru bgt tuh,,ngebayangin baca GLAM GIRLS & REPUTATION aja udah keren...apalagi kalo ngeliat RASHI,AD AND MAY secara langsung d film....fabulous bget dah!!
    sukses bwt writterna...goodluck!

    ReplyDelete
  4. PERFECT !!
    gye suka banget ma sgala sesuatu yg ada di cerita ini . everything !!
    tapi gue ga akan puas kalo serial2 ini ga di film-in .
    pernah berfikir untuk membuat film dr serial2 ini dear ?? i hope soooo . .

    succes for writer . .

    ReplyDelete
  5. dear owner.

    ayo dong di film-in!!!

    ReplyDelete
  6. aku setuju @nadia s w itu , ayo dong coba di film-in pasti bakalan seru deh , 'puh-lease' hehe ya owner ya ya ya

    ReplyDelete
  7. seriously, i kinda mixed up about who's which..
    jelasin dong mana yang rahshi, mana yang ad, mana yang may..
    karena apa yang dibayanganku, rada beda ternyata..or tepatnya beda banget

    ReplyDelete
  8. harabel banri lee
    Glam Girls series are so cool!
    Gw suka banget dunia glamor a la karakter Glam Girls ini. Penggambarannya di cerita ini keren banget

    ReplyDelete
  9. Sebenernya aku pikir ini bakal jadi komposisi karakter stereotip dan jalan ceritanya gampang ditebak. And voillaa,, biarpun karakternya stereotip ternyata jalan ceritanya meleset dariperkiraan saya. Sipp siipp, saluutt..

    ReplyDelete