Jun 22, 2009

Resensi Tamu: Catatan Jalan-Jalan dari “Negeri Mafia”

Catatan Jalan-Jalan dari “Negeri Mafia”



Entah siapa yang pertama kali memulai berbagi pengalaman studi di luar negeri dalam media buku. Dulu saya pernah menemukan buku yang ditulis Arief Budiman tentang pengalamannya studi di negeri Kanguru. Belakangan muncul buku Studying Abroad yang ditulis Windy Ariestanty dan Maurin A. Buku berbagi info studi ini mengulas seputar tip dan trik persiapan sekolah di luar negeri hingga cara beradaptasi dengan lingkungan asing. Memang buku-buku semacam ini masih tergolong sedikit, walaupun sebenarnya minat anak muda bersekolah di luar negeri saat ini kian bertumbuh.

Selain berbagi pengalaman sekolah di luar, ada pula buku "jalan-jalan" ke mancanegara yang kian marak. Tengoklah Naked Traveler ataupun Ciao Italia!. Mengapa buku-buku seperti ini kian diminati? Di kalangan anak muda kelas menengah siapa yang tidak bergiur untuk jalan-jalan ke luar negeri. Selain kian banyak tawaran paket wisata "murah", akses pertemanan lewat Internet pun cukup memudahkan para traveller untuk mewujudkan niatnya. Apalagi bila, Anda memiliki banyak teman di luar negeri, hal ini tentu akan lebih memudahkan. Dan, kehadiran buku-buku semacam ini menjadi bagian yang menginspirasi para penyuka traveling jalur mancanegara.


Termasuk Ciao Italia! yang ditulis Gama Harjono. Buku ini mengajak orang untuk berkunjung ke Italia. Tak hanya itu, buku ini juga mengajak untuk belajar kebudayaan dan bahasa Italiano yang kabarnya tidak kalah menarik ketimbang bahasa Prancis. Sebagai sebuah pengantar buku ini lumayan lengkap; sebab Gama coba menuliskan soal kondisi sosial-budaya hingga semua tempat-tempat bersejarah di negeri sepatu itu. Tak lupa soal tip dan trik perjalanan pun disampaikan olehnya. Semisal persiapan bujet minimal dalam sebulan dan bagaimana harus mengirit ongkos makanan, namun tetap bisa berbelanja.

Ciao Italia! memang tampak digarap dengan serius dan detail. Buku traveling ini ditulis hampir setahun oleh Gama. Gama adalah kontributor lepas sebuah koran berbahasa Inggris yang terbit di Indonesia. Kabarnya, kebiasaannya menulis dalam bahasa Inggris cukup menyulitkannya saat harus menulis dalam gaya bahasa Indonesia popular ala anak muda. Dan inilah hasilnya, sebuah buku panduan menyisir jejak-jejaknya di negeri tempat para ilmuwan dan seniman besar mencipta.

Petualangannya dimulai dari kota antik: Roma. Deskripsi beraneka sisi soal Roma, Colosseum, Altare Della Patria, Museum Capitolini langsung dia dedahkan cukup detail, terutama dari segi arsitektural. Bangunan-bangunan di Roma didominasi warna mediterania seperti cokelat pastel, lemon, terracota, dan putih marmer (hlm 13). Wajah "Eropa Tua" tergores jelas di kota Roma. Nah, naluri sebagai seorang penulis yang cukup cermat pun mulai tampak sejak membuka buku berslogan "Catatan Petualangan Empat Musim" ini.

Saat membuka sampul buku ini kita langsung disambut foto-foto eksotik yang penuh daya tarik Italia. Sebutlah Piazza Grande lokasi syuting Life is Beautiful,Venessia, Altare Della Patria, Umbria, Perugia, Katederal kota Orvieto, Florence, penjual buah di Naples, Piazza del Campo di Sienna, Cingue Terre, dan lainnya.

Gama termasuk mahasiswa yang rajin menyisihkan waktunya untuk menyusuri sudut-sudut Italia. Kiranya setahun sembari kuliah bahasa Italia di Universita per Stranieri di Perugia, sebagian waktu luangnya disisipi agenda jalan-jalan dan berpesta di negeri seni yang kaya akan sejarah abad tengah di setiap sudutnya.

Saat jalan-jalan menyusuri Perugia, Gama kaget ketika Alan (temannya) menunjukkan tempat tinggal Galileo, ilmuwan genius yang ditentang kaum gereja. Kekaguman akan Italia sebenarnya nampak jelas di bagian pengantar buku ini. Oleh sebab itu untuk mengenang “manisnya” Italia, Gama membagi segala apa yang ia lihat dalam Ciao Italia!. Namun, tak saja soal tempat, sisi pertemanan baginya orang Italia yang penuh kekeluargaan. Isi buku ini memang bisa membuat iri para pembaca yang belum pernah mencicipi Italia yang fenomenal.

Satu hal yang patut kita contoh dari keprigelan pemerintahan Italia adalah keseriusan atas penjagaan dan perawatan tempat dan situs-situs bersejarah. Tengoklah Desa Cingue Terre dan Basilika Asisi yang dibuat 1228 masih berdiri kuat. Kedua tempat ini bersegel UNESCO World Heritage Site. Di Cingue Terre, Anda tak menemukan satu batang pun antena televisi di atap rumah. Hal ini untuk menjaga agar desa itu nampak tradisional seperti di abad 16. Walikota setempat mengatur hal ini dalam undang-undang.

Namun di sisi lain seperti birokrasi, Gama menemukan keruwetan klasik. Semisal ketika ia diharuskan mengurus dokumen sebagai pendatang yang tidur di atas tanah Italia; ia harus menunggu berjam-jam dan tanpa service yang menyenangkan. Juga soal masalah sosial, terutama pengangguran dan banyaknya anak muda Italia yang cenderung manja dan bergantung pada orang tua. Hal ini sepertinya sudah membudaya di negeri itu. Banyaknya penipu dari kaum Gypsi, juga menjadi gambaran lain soal kriminalitas di Italia.

Yang tak kalah "seram" soal Italia adalah soal mafia. Naples adalah kota terseram yang pernah disinggahi Gama. Sebuah kota yang memiliki tingkat kejahatan tinggi. Butuh nyali besar untuk melintasi kota yang terletak di bawah Gunung Vesuvius yang aktif, di mana seks bebas diobral. Saat akan berkunjung ke Naples, pesan-pesan seram penuh rasa was-was yang membuat Gama
tergetar. Namun, kenekatannya tetap menggiringnya pergi menelusuri kota asalnya Pizza.

Buku ini akan lebih sempurna bila disisipi video berdurasi pendek tempat-tempat yang dilewati Gama. Dalam buku cetakan pertama ini saya tidak menemukan peta visual atau rute yang dilalui Gama. Inilah kekurangan dari buku ini. Di sisi lain, ada pelajaran besar yang bisa kita dapat dari buku perdana Gama, yaitu soal menghargai warisan sejarah dan budaya. Maka saatnya pembongkaran kota-kota tua ataupun bangunan-bangunan tua bersejarah dihentikan di Indonesia. Dan tirulah Italia dalam hal merawat tempat-tempat bersejarah.




Adi Baskoro

Pembaca buku, bekerja di Jakarta
penjaga rumahmatahari.net

0 comments:

Post a Comment