Aug 19, 2009

George

Pernahkah kau berpikir kau tahu masa depanmu? Kau tahu dan yakin apa yang akan terjadi padamu detik itu juga? Tidak perlu membaca majalah, menelusuri halaman Astrologi dan berharap apa yang dikatakan oleh para peramal itu benar-benar akan terjadi. Aku tahu masa depanku. Karena aku telah menapaki masa depanku kemarin, hari ini dan juga besok. Semua hal yang sama terjadi di hari berikutnya. Ironisnya, hari-hariku seperti jarum jam yang hanya bisa berputar mengitari 12 angka dan langkah selanjutnya melakukan hal yang sama.

Kutatap guruku dari bangku paling belakang. Seketika keributan kelas terkuliti, pena yang terjatuh pun terdengar begitu kencang di telinga. Hening.

“Anak-anak, perhatian semua,” guruku memulai, “Hari ini ada berita buruk."

Mataku kemudian tertuju ke pintu yang diketuk dengan cukup sopan. Seketika pintu terbuka dengan pelan. Kulihat guruku tersenyum simpul saat melihat sosok yang berdiri dengan canggung di balik pintu, seperti guruku sudah menantinya dari tadi. Perlahan, salah satu murid di kelasku yang hampir setiap hari absen sudah berdiri di depan kelas.

"George, ayolah, sodorkan senyuman tenarmu itu," hibur sang guru.

Ada yang salah dengan cahaya di ruang kelas. Aku yakin itu, aku sangat yakin. Saat ia memasuki ruangan kelas, sepertinya hanyalah George yang bersinar. Mungkin cuaca di luar menjelaskan semuanya, saat matahari mengikis kulit dan menyengat mata, hanya Georgelah yang berkulit putih. Seperti hantu. Ini musim panas, bagaimana ia bisa terlihat seperti lilin? Mengapa ia mengenakan sweater berwarna hijau di cuaca panas seperti ini?

"George Vawandia sayang sekali harus meninggalkan sekolah," guruku memulai. Perhatianku pun teralih olehnya. Seketika perutku mengoceh perlahan, seperti ada beban.

"Well, kita semua tahu apa yang harus kita lakukan bila ini terjadi," guruku tersenyum, mengambil setumpuk kertas dan pena lalu diberikannya kepada George, "duduklah di tempatmu sebentar, ini tidak akan lama kok."

Aku tahu apa yang diinginkan guruku, begitu juga dengan murid yang lain. George pun mengerti. Kita pernah melakukannya setidaknya dua kali tahun ini. Si kembar Anna dan Annie Anggani yang harus ke Semarang, juga kota Surabaya yang memanggil Ryan Dunn membuat , sekelas melakukan ritual yang membosankan. Memberikan setiap murid sepucuk kertas berisikan kesan dan pesan. Aku tidak begitu kenal dengan ketiganya, jadi di ketiga kertas aku hanya menulis, "Selamat jalan."

George berjalan ke tempat duduknya saat dia sudah memegang lembaran kertas dan pena. Mata coklatnya tiba-tiba menangkap kedua mataku yang meneliti sweater-nya. Aku pernah melihat sweater itu... Tapi dimana? Aku mendapatkan George beradu tatapan denganku. Setidaknya untuk beberapa milisekon. Ia segera mengalihkan tatapanya ke tembok.

Ia duduk persis di depan bangkuku. Tempat yang biasanya kosong berisikan oleh dia sekarang terlihat begitu asing. Seperti ia tidak pernah cocok memasuki bingkai kelas.

Mataku menelusuri punggungnya yang terselimuti oleh sweater hijau. Hidungku perlahan mengendus, mencium parfumnya yang sudah lama tak pernah kucium. Ia tidak pernah berubah. Ia masih berbau vanila, kulitnya seperti warna vanila. Rambutnya yang halus bagaikan coklat topping yang harus segera dimakan sebelum meleleh. Kedua tanganku terkepal, kukuku menggali daging telapak tanganku. Aku tidak tahu apakah alasanku yang tiba-tiba ingin mengelus rambutnya. Sial, beban di perutku muncul lagi.

Aku mengalihkan perhatianku dengan mengambil secarik kertas, karena sepertinya semuanya sudah memulai menulis "pesan dan kesan" mereka untuk George. Sebagian besar murid di kelas bingung ingin menulis apa. George tidak pernah dikategorikan sebagai "murid" di kelas kita semenjak kenaikan kelas. George pun sepertinya terlihat bingung. Aku perhatikan jari panjang telunjuknya menggaruk sisi kiri kepalanya.

Menulis sepucuk surat kepada orang di depanku bagaikan memberikan surat kepada orang asing. Tidak akan berkesan dan juga pasti tidak akan dibaca.

Alasan ia harus meninggalkan sekolah karena dunia memanggil namanya. Seorang rockstar, itulah George sekarang. Semenjak ia memasuki band butut itu, ia merekam album perdananya lalu boom, dunia ini tidak berputar sebagaimana mestinya untuk George. Aku mulai menghiasi kertas dengan tinta hitamku, kutulis namanya, menaruh koma setelah itu berhenti.

George,

Aku tidak tahu harus menulis apa. Sungguh, aku tidak tahu.


bersambung


Cerpen oleh Nadya Imanda Sabran

17 comments:

  1. great stories, i like it !! Two thumbs up.. Nadya pasti bisa jd pengarang terkenal & mentraktir kita semua sushi tei.. :p

    ReplyDelete
  2. ga sabar nunggu lanjutannya

    ReplyDelete
  3. Yah, kok bersambung... Tidaaaaak!
    lanjutin terus ya Nadya... keren!

    ReplyDelete
  4. wow! I'm speechless. 4 thumbs for you!!! (including my feet thumbs) :D I can't wait for the next chapter. Great idea. Anddd... great vawandia namess. :p

    ReplyDelete
  5. mana lanjutannya nih? nggak seruu dipotongnyaa disitu. haha. padahal gue lagi tanggung2 bacanyaa sabraaan ! lanjutkan yaa sayang

    ReplyDelete
  6. Awuuh, thank you for the compliments, you guys!
    Dipublish kayak gini di blogspot oleh Gagasmedia bikin gue semangat nulis terus. :D

    ReplyDelete
  7. wehei selamat nadya ! keren dah. keep it up, girl
    *gak mau kalah ah, jadi semangat nulis juga hehehe*

    ReplyDelete
  8. wow, perumpamaannya keren, bisa-bisanya ada coklat topping hahaha. coba bikin novel nanti gue beli pasti

    ReplyDelete
  9. Wow nama gue dipake.

    ReplyDelete
  10. kelihatan udah sering nulis nih

    maknyuss

    ReplyDelete
  11. lo ngingetin gw ama Haruki Murakami hahaha! kembangkan dan lanjutkaaaan!!

    ReplyDelete
  12. Bagus... mudah-mudahan endingnya juga bagus.

    ReplyDelete
  13. OMG NADYAAA! I'm soo proud of youu!
    Great story girlfriend! I've always loved your style of writing. Inshallah you never stop writing because you have a nice way with words :D
    Keep up this awesome work! <33

    ~ Amal

    ReplyDelete
  14. keren!!! gw udh bc yg kedua dan LANJUTKAN! jadiin novel kalo perlu =D

    ~karimah~

    ReplyDelete
  15. keyeeeeeeeen, bikin novel bran! <3

    ReplyDelete