Apr 9, 2008

Puisi: Di Atap

Disaksikan bumi, kita beradu tatap
saling mengagumi....
kita melayang hingga ke atap

“Sungguh indah di atas sini!” kataku
kau tersenyum cantik tanda setuju....

Dari angkasa sebuah bintang jatuh tanpa disuruh,
melesat runtuh layak durian luluh....
Dongeng bilang: “Lekas ucapkan keinginanmu!”
namun kau hanya memelukku,
dan tanpa dipinta,
kita serempak berkata: “Amin.”

Cakrawala kini mengungu, sudah malam....
“Ayo turun, Sayang...”
manjamu malah bertambah,
lalu kau pun berpantun:
“Langit bebas berwarna-warni
cerah, mendung, bahkan kelabu....
Tapi kuingin tetap di sini,
dibuai cinta yang rasuk kalbu”
Puisi oleh Mario

6 comments:

  1. Hi, Dear. Cuma mau ngomentarin soal 'efek suara' di cerpen kamu.

    PRANKK… cermin bulat yang aku gunakan untuk melihat riasan di wajahku kucampakkan kearah cermin meja rias sehingga membuat keduanya hancur berantakan di atas karpet.

    >>>>> Saat kamu memutuskan buat make efek suara, sebaiknya jangan menjelaskan itu suara apa di kalimat berikutnya. Coba deh cara 'efek' kayak gini:

    PRANGGG!!! Aku menoleh, mencari asal suara. Bulu kudukku meremang karena tiba-tiba ketakutan merayapi diriku. dsb....

    Dan soal, 'Huhuhuhhuhu... Hwawa…'. Lebih baik, 'efek' nangisnya dihilangin deh, karena kesedihan yang kamu bangun di sepanjang cerita bisa ilang karena itu.

    Anyway, cerita kamu mengharukan banget. Congrats ya? xoxo, gossip_ boy (a.ka christian simamora)

    ReplyDelete
  2. puisinya romantis...
    gw paling suka kata2 langit bebas berwarna - warni
    ngebayanginnya bagus deh..

    ReplyDelete
  3. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  4. hei... mungkin ini terlambat, tapi aku suka sama puisinya :D

    so sweet.

    ReplyDelete
  5. good poem...really touchy

    siapapun dia yang jadi sumber inspirasimu...yang jelas dia pasti sangat istimewa, iya kan???

    two thumbs up 4 u mario

    ReplyDelete