Showing posts with label puisi. Show all posts
Showing posts with label puisi. Show all posts

Oct 9, 2009

Pencuri

Sesopan belalang sembah
Dan seresmi punggung udang
Menghadapmu, setegang tentara maju perang
Rasanya sebentar lagi ku terkapar tak berdaya
Matamu berkilat, seperti petir di ufuk barat
Pengumbar senyum
Aku menyusut sekecil semut
Tak bisa tegak, ku hanya bisa merangkak
Uh, aku kalah telak
Aku menyerah padamu, penjahat kelas penyu
Kamu mencuri hatiku!

***


Puisi oleh Rieske Ratna Dewi

Read More ..

Sep 25, 2009

Mbah Konah

Matanya menatap lurus padaku
seolah bertanya
tentang hati yang tak mungkin dimiliki
tentang jiwa yang tak mungkin dicintai

Berharap dalam hampa
merapat dalam senja
seharusnya dia bisa berbaring sekarang
menunggu waktu untuk berpulang

Matanya menatap lurus padaku
seolah bertanya
apa yang akan terjadi dengan bocah-bocah itu
seandainya dia tiada

Ibunya gila
ayahnya gila
bahkan kadangkala dia merasa
bocah-bocah itu juga

Mereka tertawa
mereka berseru
meminta langit
memeluk matahari
menjemput surga
saat ini juga

Matanya menatap lurus padaku
seolah bertanya
tidakkah manusia seharusnya bahagia
setidaknya untuk terakhir kalinya

***


Puisi oleh Noni Eko Rahayu

Read More ..

Sep 18, 2009

Sasadara

Aku tak mengelak
ketika kau mulai
menembangkan puja mantra
yang merayuku untuk
tak segera melepas
pandangan darimu

Pula tak bergeser
sejengkal juga meski
kau goda benak purba
dari rumbai nafsuku
dan mengukir peta rahasia
menuju gua garbamu

Lalu siapa engkau, dara
begitu tega menikam
cundrik bersalut werangan rindu
ke dalam anganku
lalu pergi tanpa pernah berkisah.

***

Puisi oleh Sigit Jaya Herlambang
www.soulsdigger.blogspot.com

Read More ..

Sep 11, 2009

Pada Multazam, Arafah serta Raudlah

Ketika doa telah menjemputku
dan mengantarkan kegersangan jiwa menuju penziarahan.
Sebab percakapan dari qalbu ke qalbu tak lagi indah bagiku
hingga kesepian menghinggapi.
Akankah engkau menemuiku
pada tempat-tempat yang telah engkau janjikan?
Pada Multazam,
Arafah serta Raudlah.

Mengapa harus Multazam
Arafah serta Raudlah?
Jika menit-menit yang engkau tentukan adalah pengabdian
serta kerinduan terus memanggilmu.
Bukankah segala tempat serta suasana bagimu sama
Ketika aku menghamba.
tak perlu menanti doa menjemputku
kemudian mengantarkanku
pada Multazam,
Arafah serta Raudlah.


”Temuiku kapan saja, saat itu juga
ketika kerinduan memanggil.
Tak perlu menanti doa menjemputmu
mengantarkan pada Multazam,
Arafah serta Raudlah.”

Jangan lagi berharap menangis hanya di Multazam,
Arafah serta Raudlah.
Menangislah saat itu juga, saat kerinduan memanggil.

***


Ciputat, 01 Maret 2009
Puisi oleh Rien Zumaroh S.Pd.I

Read More ..

Sep 4, 2009

Satu Hari lagi Bersamamu

Satu hari
Dan hanya satu hari itu yang paling kuinginkan dalam hidupku
Tidak hari yang lain
Tidak saat yang lain
Hanya hari itu

Satu hari, Bu…
Cuma satu hari biasa...
Hari yang dimulai oleh suaramu membangunkanku
Hari dimana kita menghabiskan waktu sarapan berjam-jam
Dan hari dimana kau memaksaku untuk tetap tinggal bersamamu
Hari seperti hari-hari yang lalu
Hari yang tidak pernah kupikir akan kurindukan sebelumnya


Ibu,
Yang aku tahu aku tidak pernah utuh lagi
Hatiku terbawa mati saat kuantar kau pergi
Yang kutahu sulit bagiku untuk bangkit
Aku hidup…
Aku selesaikan apa pun yang ada di hadapanku
Aku menangkan apa yang harus kudapatkan
Namun aku tidak pernah utuh lagi..

Ibu,
Yang kurasakan ada lubang besar menarikku
Menghisapku hidup-hidup
Dan menelan semua semangat hidupku
Lubang itu semakin membesar
Sehingga apa pun yang kudapatkan
Apa pun yang kucapai
Dan siapa pun yang berjalan bersamaku
Tak cukup untuk untuk membuatku tetap hidup


Pernah kukatakan padamu aku akan memberimu pelangi
Dan mengukirkan mega terindah untukmu
Tapi jika ada satu hari lagi bersamamu…
Jika hanya ada satu hari lagi untuk menggenggam tanganmu
Aku hanya ingin duduk di sisimu
Aku hanya ingin berkata padamu..
Maafkan aku… maafkan aku tidak cukup sabar mendengarkanmu
Maafkan aku yang merasa tak punya cukup waktu untuk berbicara denganmu
Dan maafkan aku… karena tidak selalu ada di sisimu

Satu hari…
Cuma satu hari
Dan jika hari itu datang...
Aku tak butuh apa pun lagi...


***

Puisi oleh Isyana Agustina Siregar

Read More ..

Aug 21, 2009

Poem of The Week

NASIB DAUN

Setangkai daun gugur, pasrah
tertiup angin kesana kemari
dan akhirnya jatuh

Tergolek tak berdaya di atas tanah
terserak bahkan terinjak
hancur jadi remah

Ingin berteriak tak punya suara
ingin melawan tak punya daya
jadi pasrah dan pasrah

Menunggu takdir yang tak pernah tidur
namun tak kunjung jua datang

Atau telah datang namun tak sadar?

Tak jelas lagi mana daun
mana debu
mana takdir
dan mana nasib buruk

Semua hitam
semua mengerikan

Panas terik surya sudah tak terasa
namun sejuk hembus angin hanya
menambah luka di atas luka

Perih
perih sekali...

Daun yang kini hanya serpih-serpih malang
tak lagi dapat dendangkan kesedihan
hanya sayat-sayat perih di hati

Sakit…


Sayap yang terluka
Puisi oleh Yoggi Anggoro

Read More ..

Aug 14, 2009

Poem of The Week

HAMPA

Merayap gelap melintas kesepian hati
yang hampa tak terjamah rasa
yang mati dan tiada peduli
yang ingin pergi jauh kembali

Pada kedamaian, pada keindahan
pada semua kenangan yang terlupakan

Menggerogoti setiap sendi-sendi ketegaran
menyusupkan benih-benih keputusasaan

Menutup mata memandang arah
dan memang telah hilang arah

Kemana berpalingnya wajah
kemana bertujunya langkah

Dan disinilah aku saat ini
memahami, tak kunjung paham
coba mengerti, tak jua mengerti
mencari arah, kuhilang tujuan
apa yang dapat kulakukan?

Dan terus bertanya


Pagi yang cerah, tanpa gejolak
Puisi oleh Yogi Anggoro

Read More ..

Aug 7, 2009

Poem of The Week

PUISI CINTA PAGI-PAGI


Tiap pagi aku mencipta puisi
untuk wanita bukan lelaki
yang selalu kubuat terharu
tanyanya: bagaimana mencipta puisi?
kujawab: puisi memilih aku
dan aku memilih kamu

ia tersipu
maka aku dinobatkan sebagai lelaki paling romantis
sejagat raya


Tiap pagi di tiap hari, aku mencipta puisi
untuk dirinya yang kucintai
cinta ditukar puisi dan ia akan berikan apa saja
karena puisi jiwa raga hati pikiran perhatian hidup mati
tanyanya: dari mana sumber inspirasi
kujawab: tak perlu tahu
itu rahasia karya seni
ia tersipu
kata-kata di atas kertas bagaikan melodi
meluluhkan hati


Tiap pagi aku mencipta puisi
puisi cinta bagai pelet
yang dengan sebenar-sebenarnya kubuat
sambil berjongkok di toilet
sambil kentut

***

Puisi oleh Muhammad Rivai

Read More ..

Jul 17, 2009

Poem of The week

Godaan


Cinta itu…
Bagaikan teh manis yang di tambah sedikit mint
Transparan, manis, dan sedikit pedas

Sayang itu…
Ibarat susu murni, suci, tulus, dan tak menuntut

Benci itu…
Bagaikan kopi hitam, gelap, pekat, dan pahit

Kekuasaan itu...
bagaikan lemon tea, Asam, manis serta keruh

Semuanya terlihat meggoda...
Apakah kau tahan terhadapnya?

***


Puisi oleh Audrey Monita

Read More ..

Jul 10, 2009

Poem of The week

Seperti Mati


Seperti mati kurasa,
jika ku seorang penyair
yang tak mampu lagi ungkapkan isi hati
dengan rangkaian puisi

Seperti mati kurasa,
jika ku seorang pelari
yang tak sanggup lagi berdiri
diatas kedua kaki dan harga diri

Seperti mati kukira,
saat ku tak dapat kembangkan senyum
ketika seseorang ramah menyapaku
mengawali hari tuk gapai mimpi

Seperti mati kukira,
saat ku tak kuasa menahan tawa
ketika seseorang meratapi nasibku
yang tak kunjung tiba temukan asa

***

Puisi oleh Rani Maharani

Read More ..

Jul 3, 2009

Poem of The week

KASIH TAK SAMPAI


Singkirkan senyum manismu,
karena senyum itu bukan untukku

Singkirkan hadirmu itu,
karena hadirmu bukan untuk mataku

Tak perlu semua itu,
hanya membawa hal-hal picisan bagiku

Kuharap kau tak pernah tahu,
supaya kau tetap tenang lanjutkan langkahmu

Pergilah ke mana pun kau mau,
bawa serta dewimu itu

Bantu aku menarik mundur pasukan panah asmaraku,
dari medan magnetmu

Karena seribu panahku,
percuma menampar dinding batu,
yang berdiri kaku antara kau dan aku,
dan tak lekang oleh waktu

***

Puisi oleh Helen Chandra

Read More ..

Jun 26, 2009

Poem of The week

STARSHINE


The stars collapsed
Diminishing itself into speckles of stardust
Some of which landed on your eyes
Now the only sparkle
Lighting my way back home

You may not know it, love
But, you gleam brighter
Than the northern star
If I leaned in closer,
and whispered to you ears softly,
"You're my favourite star"
Would you listen?

***


Puisi oleh Nandra Galang Anissa

Read More ..

Jun 5, 2009

Poem of The week

Kerjap Sekejap

Sedetik mungkin deskripsi yg terlalu lama untuk melukiskan berapa lama aku mengenalmu.
Tak sampai satu kedipan mata lebih tepatnya

Kumparan itu terlalu kuat
Sampai sulit aku mengelak
Seliar apapun gerak berontak
Ujungnya aku tetap menyerah telak

Dasar licik
Bagaimana bisa ini menjadi terlalu pelik?

Menatap ke sana aku tak kuasa
Berpaling ke sini,ah tak ada hati
Sementara kamu bermain drama dengan pemain lama
Tertawa-tawa dengan jenaka

Ah, sudahlah aku menonton dulu saja
Karena kenyataannya kamu memang selalu bisa membuatku jadi berbeda
Selalu berhasil menarik ujung bibirku naik lagi
Meski sedikit
Meski se-per-sekian detik

Bahkan dunia pun menyadari
Bahwa aku kemasukan setan gila tingkat tinggi
Karena jujur saja,segala tentangmu bisa membuatku senyum sendiri tiap menyongsong matahari pagi

***

Puisi oleh: Nisa Risti Mustikasari

Read More ..

May 29, 2009

Poem of The week

Karena Sebuah Ambisi Bodoh


Karena sebuah ambisi bodoh, aku terperangkap dalam hujan
Yang semakin deras ketika kusadari tak ada tempat untuk berteduh

Maka disinilah aku, dengan hati yang basah
Mengais-ais rindu, memintal sepi
Menyanyikan sebuah balada
Melirik iri sepasang kekasih yang berdiri di pinggir
Menunggu hujan reda juga
Andai dapat kubagi kopi ini dengan seseorang...

Jalanan basah, banjir, kendaraan berjalan terlalu cepat
Di luar sana, anak-anak kecil tak berbaju berlari-lari menjajakan payung
Kucoba menceritakan semuanya dari perspektif hujan
Jika ini adalah sebuah siklus
Maka kapankah ia menjadi penghibur duka,
Seorang remaja melankolis dengan hati merah muda?

Lalu aku sadar, ada setitik romantika
Dalam tetes air, dalam cangkir kopi
Dalam baju yang basah, dalam pesanku yang tak dibalas
Oleh dia yang tak peduli
Kalau aku sedang sepi.

***

Puisi oleh Strangeman The Coolest Guy

Read More ..

May 22, 2009

Poem of The week

BAU HUJAN
mengenang Situ Gintung

Aku mencium bau hujan pagi ini
Yang bercampur embun dan tanah
Yang menetes di sela bingkai jendela
Yang mengukir pola dalam sayap kepik

Aku mengendus bau hujan tanpa henti
Menyenangkan, sekaligus mengancam
Samar-samar dapat kuendus bau darah darinya
Aku ingin muntah, dalam bau hujan

Dalam bau hujan, aku mendengar
Suara air menggerus rumah, mobil, dan tenda kaki lima
Samar-samar dapat kuendus bau air mata darinya
dan aku bertanya dalam hati,
Tuhan, apakah aku telah melupakan bau hujan?

***

Puisi oleh Jacob Bunyamin

Read More ..

May 15, 2009

Poem of The week

PULANG

Akhirnya aku tahu apa yang kuinginkan
Jawaban atas gelisahku
Makna dari tumpahan air mataku

Aku hanya ingin tempat pulamg
Rumah hangat yang menerimaku tanpa syarat
Tangan yang memelukku tanpa kuminta
Yang akan tetap menerimaku dalam tawa dan air mata

Aku hanya ingin hidup yang biasa
Bukan gelimpangan menyilaukan
Bukan kemeriahan dan pesta yang melenakan
Aku hanya ingin sebuah sudut damai
Tempat berpijak dalam kegamangan
Dan berpegang dalam kebimbangan

Aku telah mengarungi langit terlalu lama
Namun tak keberatan utnuk kembali mengepakkan sayapku
Tapi yang kuinginkan saat ini hanya memahami..
Bahwa ada tempat untuk pulang bagiku
Di hatimu

***

Puisi oleh Isyana Siregar

Read More ..

May 9, 2009

Poem of The week

Jangan Tentangmu


Ini kepalaku...
Pukul saja hingga hancur bila kau tak suka
Ini mataku...
Tusuk saja dengan pisau bila kau tak suka
Ini telingaku...
Iris saja bila memang kau tak suka
Ini dua tanganku...
Potong saja keduanya kalau benar-benar kau tak suka
Ini kaki-kakiku...
Patahkan saja bila itu juga tak kau suka
Ini tubuhku...
Sayat saja bila kau tak suka juga

Tapi,
Aku mohon, cuma satu permintaanku
Setelah puas kau remukkan kepalaku
Kau cocok dua mataku hingga tak terlihat lagi kamu
Dan telingaku tak bisa lagi mendengar tawamu
Tanganku tak bisa lagi menyentuhmu
Kakiku yang tak bisa pula ikuti langkahmu
Serta tubuhku yang tak bisa kau peluk lagi

Tolong!
Jangan sampai engkau hancurkan otakku juga
Karena di dalamnya semua ingatanku, ya... kamu

Tolong!
Jangan kau injak juga hatiku
Karena di hatiku telah terasuk semua tentangmu
Cuma itu..
Walau semua yang ada di tubuhku rusak
Tapi tentangmu tak akan pernah hilang...

Aku mohon..
Cuma itu..
Itu saja..

***


Puisi oleh
Rini Kristianingsih

Read More ..

May 1, 2009

Poem of The Week

Senandung Embun untuk Malam

Gemerisik embun di pagi hari
Mencoba untuk terus menari
Ketika mentari mulai melayani
Dan manusia mulai berlari

Tak disangka mentari tak kuasa menahan hati, embun kembali
Kabut di sore hari.
Membuat manusia ingin menepi.
Kabut lalu mulai mencari
Tak hiraukan manusia yang mencaci
Kabut coba bernyanyi. Menunggu malam menghampiri
Lalu mereka mulai bernyanyi
Berdua lalu menari
Menunggu pagi yang kini mereka benci

***

Puisi oleh Hibatun Naeem




Read More ..

Apr 24, 2009

Poem of The week

PULANG

Dalam...
hendak kulihat tatapan nanar itu
tapi urung aku melakukannya

Hening...
hingga begitu keras degup jantungku
"ada apa denganku?"

perlahan kuraih tanganmu, mengusap lembut wajahmu
tangis itu... menyayat hatiku

Andai aku dapat memilih
tapi tidak!

Hidup ini bukan hanya sekedar pilihan
tapi tanggung jawab dan keberanian

Aku menatap wajahnya sekali lagi
masih menangis...

Aku akan merindukanmu, ibu
hingga tiba waktunya pulang
izinkan aku untuk pergi sejenak

Dengan sejuta kebanggaan yang akan ku berikan padamu nanti
dengan sejuta ilmu pengetahuan yang baru dari samudera lain itu

Untuk sekali ini saja
dan nanti aku kembali bersamamu, pulang...


Puisi oleh Dita Oktamaya

Read More ..

Apr 2, 2009

Poem of The Week

B O S A N

Tak ada kata terungkap
Tak ada rasa teraba
Tak ada hati terluka
Juga tak ada cipta rasa bahagia
Semuanya terasa…
Sunyi
Walau dengan keramaian yang merebak
Aku duduk diam dalam sendu
Bersama rasa bosan yang menyakitkan



Puisi oleh Agnes D.A

Read More ..